ARSITEKTUR ISLAMI



             
        Islamic achitecture atau arsitektur Islami merupakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat Islam. Bisa jadi yang termasuk arsitektur Islami adalah arsitektur yang bukan berasal dari Islam, namun karena sejalan dengan konsepsi Islam yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits, maka arsitektur tersebut disebut arsitektur Islami.
Dalam hal ini, salah satu contohnya adalah green building. Meski bukan berasal dari Islam, green building bisa digolongkan kedalam arsitektur Islami, karena sesuai dengan konsep Islam yang menganjurkan manusia untuk menjaga bumi.
Begitu pula sustainable/organic architecture. Konsep sustainable baru-baru ini ramai dibicarakan, padahal konsep itu sudah ada dalam konsep Islam sejak awal mulanya. Al Qur’an dan Al Hadits banyak menyebutkan perintah-perintah agar manusia tidak boros energi dan tidak merusak alam. Tentu kedua hal yang diperintahkan Al Quran dan Al Hadits tersebut sejalan dengan konsep yang disebut sustainable architecture pada saat ini.

Maka dari itu, salah satu karakteristik arsitektur Islami adalah arsitektur yang mampu menyelaraskan diri dengan alam dan memiliki sifat-sifat yang ada pada alam, yaitu:


  • Seimbang, terukur, dan rapi, sesuai dengan QS. Furqaan: 2 yang berbunyi:
    “yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya),
    dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
  • Tidak pernah menyimpang, sebagai contoh: setiap kita melepaskan benda apa pun di atas bumi ini pasti akan terjatuh karena adanya gaya gravitasi. Ini merupakan hukum alam atau biasa disebut sunnatullah sehingga tidak pernah terjadi benda melayang di atas bumi ketika terbebas dari apa pun. Inilah yang dimaksud tidak pernah menyimpang.
  • Harmoni, indah, dan tanpa cacat, seperti yang terdapat pada QS. Al Mulk: 3 yang berisi:
    “Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”

  • Bertujuan (ada hikmahnya dan tidak ada ruangan yang tidak terdefinisi), sesuai dengan QS. Ali Imran: 190-191 yang berbunyi:
    “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.”
  • Pengaturan shade and shadow, sesuai dengan QS. Furqaan: 45-46 yang berbunyi:
    “Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-perlahan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar